TRIA WAHYUNI
VI C
106210445
SEMANTIK BAHASA INDONESIA
1.MAKNA LEKSIKAL
Menurut Depdiknas (2008: 805) Leksikal adalah
berkaitan dengan kata; berkaitan dengan leksem; berkaitan dengan kosa
kata. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Makna Leksikal adalah makna
yang berkaitan dengan kata, leksem, ataupun kosakata.Makna Leksikal
adalah makna dasar sebuah kata yang sesuai dengan
kamus. Makna dasar ini melekat pada kata dasar sebuah kata. Makna
leksikal juga disebut makna asli sebuah kata yang belum mengalami
afiksasi (proses penambahan imbuhan) ataupun penggabungan dengan kata
yang lain.
Makna leksikal adalah bentuk
ajektif yang diturunkan dengan bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosa
kata, perbendaharaan kata) Abdul Chaer (2012: 60). Sedangkan menurut Faizah (2010:70) makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Misalnya leksem
air bermakna leksikal "sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari". Dengan kata lain, makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera manusia, atau makna apa adanya(makna yang ada dalam kamus.
Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang
benda, peristiwa, makna leksikal ini mempunyai unsur-unsur bahasa lepas
dari penggunaannya atau konteksnya. (Kridalaksana, 2008:149).
2.MAKNA KONTEKSTUAL
Menurut Depdiknas(2008:728) Kontekstual adalah berhubungan dengan konteks.
Menurut Faizah(2010:70) Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam satu konteks. Misalnya makna kata pergi dalam "adik pergi ke sekolah". Makna konteks juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa.
Makna kontekstual menurut kridalaksana (2008:149)
adalah hubungan antara ujaran dan situasi dimana ujaran itu dipakai
3. MAKNA GRAMATIKAL
Menurut Depdiknas(2008: 461) Gramatikal adalah
sesuai dengan tata bahasa; menurut tata bahasa. Jadi dapat ditarik
kesimpulan yakni makan yang sesuai dengan tata bahasa. Sedangkan menurut
Hasnah Faizah (2010:70) makna gramatikal
adalah makna yang terjadi akibat proses gramatikal (afiksasi,
reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Misalnya makna kata pergi
dalam “adik pergi ke sekolah”. Makna konteks juga berkenaan dengan
situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa.
Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat
berfungsinya leksem di dalam kalimat. Jadi, makna gramatikal dapat juga disebut
makna yang timbul karena beberapa proses bahasa (Pateda 1986)
Setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk
menyatakan makna-makna, atau nuansa-nuansa makna gramatikal itu.Untuk
menyatakan makna 'jamak' bahasa indonesia menggunakan proses reduplikasi
seperti kata buku yang bermakna 'sebuah buku', (Chaer,2009:62).
4. GAYA BAHASA
Menurut Depdiknas(2008: 422) gaya bahasa adalah 1) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis 2) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; 3)keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra; 4) cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan bentuk tulis atau lisan. Sedangkan menurut
Wasrie (2012:120) Gaya bahasa atau majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan
yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan
pikiran dari pengarang . Sejalan dengan Permendiknas (2011:121) majas atau gaya bahasa merupakan cara pengarang mengekspresikan jiwa perasaan dan pikirannya dalam media masa.
Menurut Tarigan (2009:4) Gaya bahasa adalah
bentuk retorik yaitu penggunaan
kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk menyakinkan atau mempengaruhi
penyimak dan pembaca. Tarigan membagi gaya bahasa sebagai berikut:
1. Gaya
Bahasa Perbandingan
(a) Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang
sengaja kita anggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh
pemakaian kata seperti, serupa, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, dan
penaka.
Contoh:
seperti air dengan minyak
ibarat mengejar bayangan
(b) Metafora
Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan
sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan (Poerwadarminta dalam Tarigan 2009:14)
Contoh:
Nani jinak-jinak merpati
Ali mata keranjang
(c) Personifikasi
Personifikasi adalah penginsanaan atau personifikasi, ialah jenis makna yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa dan ide abstrak.
Contoh:
Pepohonan tersenyum riang
Tugas menantikan kita
(d) Depersonifikasi
Depersonifikasi adalah gaya bahasa yang membedakan manusia dengan benda mati.
Contoh:
Andai kamu menjadi langit, maka dia menjadi tanah.
Andai kamu langit , dia tanah.
(e) Alegori
Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang, merupakan metafora
yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah objek-objek atau
gagasan-gagasan yang diperlambangkan.
Contoh:
Kancil dengan buaya.
Kancil dengan harimau.
(f) Antitesis
Antitesis adalah sejenis gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau
perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung semantik yang
bertentangan.
Contoh:
Dia bergembira-ria atas kegagalanku dalam ujian itu.
Gadis yang secantik si Ida diperistri oleh si Dedi yang jelek itu.
(g) Pleonasme dan Tautologi
Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya
tidak perlu (seperti menurut sepanjang adat; saling tolong-menolong).
Contoh:
Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri.
Kami telah memikul peti jenazah itu di atas bahu kami sendiri.
(h) Perifrasis
Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme, namun pada
perifrasis kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan
sebuah kata saja.
Contoh:
Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan kepada gadis desa
itu. (cinta).
Saya menerima segala saran, petuah, petunjuk yang sangat berharga dari Bapak
Lurah. (nasihat).
(i) Antisipasi atau Prolepsis
Antisipasi atau prolepsis adalah sejenis gaya bahasa yang mempunyai makna
‘mendahului’ atau ‘penetapan yang mendahului tentang sesuatu yang masih akan
dikerjakan atau akan terjadi’.
Contoh:
Kami sangat gembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari Bapak Bupati.
Jelas seluruh kaum kerabat merasa sedih dan malu, lusa si Dogol dijebloskan ke
dalam penjara karena terlibat perjualan ganja.
(j) Koreksi atau Epanortosis
Koreksi atau epanortosis adalah adalah gaya bahasa yang berwujud mula-mula
ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana
yang salah.
Contoh:
Dia benar-benar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry.
Saya telah membayar iuran sebanyak tujuh juta, tidak, tidak, tujuh ribu rupiah.
2. Gaya Bahasa Pertentangan
(a) Hiperbola
Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi
penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan
kesan dan pengaruhnya.
Contoh:
Kurus kering tiada daya kekurangan pangan buat pengganti kelaparan.
Tabunganya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo, sawahnya berhektar-hektar.
sebagai pengganti dia orang kaya.
(b) Litotes
Litotes adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecil-kecilkan,
dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri.
Contoh:
Anak itu sama sekali tidak bodoh.
Hasil usahanya tidaklah mengecewakan.
(c) Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud
berolok-olok.
Contoh:
Aduh, bersihnya kamar ini, puntung rokok dan sobekan kertas bertebaran di
lantai.
O, kamu cepat bangun baru jam sembilan pagi sekarang ini.
(d) Oksimoron
Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan
kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama.
Contoh:
Olahraga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat berbahaya.
Bahan-bahan nuklir dapat dipakai untuk kesejahteraan manusia tetapi dapat juga
memusnahkannya.
(e) Paranomasia
Paranomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang berbunyi
sama teatapi bermakna lain.
Contoh:
Oh adinda sayang, akan kutanam bunga tanjung di pantai tanjung hatimu.
Di samping menyukai susunan indah, saya pun mendambakan susunan indah.
(f) Paralipsis
Paralipsis adalah gaya bahasa yang merupakan suatu formula yang dipergunakan
sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang
tersirat dalam kalimat itu sendiri.
Contoh:
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menolak doa kita ini, (maaf) bukan maksud saya
mengabulkannya.
Biarlah masyarakat mendengar wasiat itu, (maaf) maksud saya membacanya.
(g) Zeugma
Zeugma adalah gaya bahasa yang menggunakan gabungan gramatikal dua buah kata
yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan.
Contoh:
Anak itu memang rajin dan malas di sekolah.
Paman saya nyata sekali bersifat sosial dan egois.
(h) Silepsis
Silepsis adalah gaya bahasa yang mengandung konstruksi gramatikal yang benar,
tetapi secara semantik tidak benar.
Contoh:
Wanita itu kehilangan harta dan kehormatannya.
Kakaknya menerima uang dan penghargaan.
(i) Satire
Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.
Contoh:
Cerita Kosong
jemu aku dengar bicaramu
“kemakmuran
keadilan
kebahagiaan”
Sudah 10 tahun engkau bicara
aku masih tak punya celana
- budak kurus -
pengangkut sampah-
(j) Inuendo
Inuendo adalah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan
yang sebenarnya.
Contoh:
Jadinya sampai kini Neng Syafirah belum mendapat jodoh kerena setiap ada jejaka
yang meminang ia sedikit jual mahal.
Pada pesta tadi malam ia agak sedikit sempoyongan karena terlalu banyak meminum
minuman keras.
(k) Antifrasis
Antifrasis adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata dengan makna
kebalikannya.
Contoh:
Mari kita sambut kedatangan sang Raja. (maksudnya si Jongos).
Memang engkau orang pintar! (maksudnya orang bodoh).
(l) Paradoks
Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan
fakta-fakta yang ada.
Contoh:
Aku kesepian di tengah keramaian.
Dia kedinginan di kota Jakarta yang panas.
(m) Klimaks atau Anabasis
Klimaks atau anabasis adalah gaya bahasa yang terbentuk dari beberapa gagasan
yang berturut-turut semakin meningkat kepentingannya.
Contoh:
Setiap guru yang berdiri di depan kelas harus mengetahui, memahami, serta
menguasai bahan yang diajarkan.
Seorang guru harus bertindak sebagai pengajar, pembimbing, penyuluh, pengelola,
penilai, pemberi kemudahan, atau pendidik yang sejati.
(n) Antiklimaks
Antiklimaks adalah gaya bahasa yang berisi gagasan-gagasan yang berturut-turut
semakin berkurang kepentingannya.
Contoh:
Kita hanya dapat merasakan betapa nikmatnya dan mahalnya kemerdekaan bangsa
Indonesia, apabila kita mengikuti sejarah perjuangan para pemimpin kita melawan
serdadu penjajah.
(o) Dekrementum
Dekrementum adalah sejenis antiklimaks yang berwujud penambahan gagasan yang
kurang penting pada gagasan yang penting.
Contoh:
Kita hanya dapat merasakan betapa nikmatnya dan mahalnya
kemerdekaan bangsa Indonesia, apabila kita mengikuti sejarah perjuangan para
pemimpin kita serta pertumbuhan darah para prajurit kita melawan serdadu
penjajah.
Mereka akan mengakui betapa besarnya jasa orang tua mereka, apabila mereka
mengenangkan penderitaan, kegigihan orang tua itu mengasuh dan mendidik mereka.
(p) Katabasis
Katabasis adalah semacam antiklimaks yang mengurutkan sejumlah gagasan yang
semakin kurang penting.
Contoh:
Penataran P4 diberikan kepada para dosen Perguruan Tinggi, para guru SMA, SMP,
SD, dan TK.
Pembangunan lima tahun dilaksanakan serentak di Ibu Kota Negara, ibu kota
propinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di seluruh Nusantara ini.
(q) Bator
Bator adalah sejenis antiklimaks yang mengandung penukikan tiba-tiba dari
gagasan yang sangat penting ke gagasan yang tidak penting.
Contoh:
Memang kamu seorang perwira yang gagah berani yang disegani oleh anak buahmu,
seorang suami yang diperintah dan diperbudak oleh istrimu dalam segala hal.
(r) Apostrof
Apostrof adalah gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir
kepada yang tidak hadir.
Contoh:
Wahai roh-roh nenek moyang kami yang berada di negeri atas, tengah, dan bawah,
lindungilah warga desaku ini.
(s) Anastrof
Anastrof adalah gaya bahasa yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang
biasa dalam kalimat.
Contoh:
Datanglah dia, makanlah dia, lalu pulang tanpa ucapan sepatah kata.
Merantaulah dia ke negeri seberang tanpa meninggalkan apa-apa.
(t) Inversi
Inversi adalah gaya bahasa yang merupakan permutasi urutan SP (subjek-predikat)
menjadi PS (predikat-subjek).
Contoh:
Kubaca surat itu berulang-ulang, kucoba menangkap makna yang tersirat di
dalamnya.
Kupilih warna yang serasi bagi kain kebaya kakakku.
(u) Apofasis atau preteresio
Apofasis atau preteresio adalah gaya bahasa yang menegaskan sesuatu tetapi
nampaknya menyangkalnya.
Contoh:
Saya tidak ingin menyingkapkan dalam rapat ini bahwa putrimu itu telah berbadan
dua.
Kami tidak tega mendengar cibiran tetangga bahwa kamulah yang mencuri mobil
sedan itu.
(v) Hiperbaton atau histeron proteron
Hiperbaton atau histeron proteron adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan
dari sesuatu yang logis/wajar.
Contoh:
Pidato yang berapi-api pun keluarlah dari mulut orang yang berbicara
terbata-bata itu.
Dia membaca cerita itu dengan cepat dengan cara mengejanya kata demi kata.
(w) Hipalase
Hipalase adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu hubungan
alamiah antara dua komponen gagasan.
Contoh:
Aku menarik sebuah kendaraan yang resah. (yang resah adalah aku, bukan
kendaraan).
Ia duduk pada sebuah bangku yang gelisah. (yang gelisah adalah ia, bukan
bangku).
(x) Sinisme
Sinisme adalah gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.
Contoh:
Tidak dapat disangkal lagi bahwa Bapaklah orangnya, sehingga keamanan dan
ketentraman di daerah ini akan ludes bersamamu!
Memang Andalah gadis tercantik di sejagat raya ini yang mampu menundukkan
segala jejaka di bawah telapak kakimu di seantero dunia ini.
(y) Sarkasme
Sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas dan
menyakiti hati.
Contoh:
Mulutmu harimaumu.
Tingkah lakumu memalukan kami.
Cara dudukmu menghina kami.
3. Gaya Bahasa Pertautan
(a) Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang
ditautkan dengan nama orang lain, barang, atau hal, sebagai penggantinya.
Contoh:
Terkadang pena justru lebih tajam daripada pedang.
Dalam pertandingan kemarin saya hanya memperoleh perunggu sedangkan teman saya
perak.
(b) Sinekdoke
Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti
nama keseluruhaannya atau sebaliknya.
Contoh:
Setiap tahun semakin banyak mulut yang harus diberi makan di Tanah Air kita
ini.
Dalam pertandingan final besok malam di Stadion Siliwangi Bandung berhadapanlah
Medan dengan Jakarta.
(c) Alusi
Alusi adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa
atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan yang dimiliki oleh
pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk menagkap
pengacuan itu.
Contoh:
Dapatkah kamu bayangkan perjuangan KAMI dan KAPPI pada tahun 1966 menetang
rezim Orde Lama dan menegakkan keadilan di tanah air kita ini?
(d) Eufemisme
Eufemisme adalah gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering
dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan
sifat itu.
Contoh:
tunaaksara pengganti buta huruf
tunanetra pengganti buta; tidak dapat melihat
tunawisma pengganti gelandangan
(e) Eponim
Eponim adalah gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering
dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan
sifat itu.
Contoh:
Hercules menyatakan kekuatan
Dewi Sri menyatakan kesuburan
Dewi Fortuna menyatakan keberuntungan
(f) Epitet
Epitet adalah gaya bahasa yang mengandung acuan yang mengatakan sesuatu atau ciri
khas dari seseorang atau suatu hal.
Contoh:
Lonceng pagi bersahut-sahutan di desa terpencil ini menyonsong mentari bersinar
menerangi alam.
(lonceng=ayam jantan)
Putri malam menyambut kedatangan para remaja yang sedang diamuk asmara.
(putri malam=bulan)
(g) Antonomasia
Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan gelar resmi atau jabatan
sebagai pengganti nama diri.
Contoh:
Pangeran menandatangani surat penghargaan tersebut.
Pendeta mengukuhkan perkawinan anak kami di Gereja Bethel.
(h) Erotesis
Erotesis adalah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang dipergunakan dalam
tulisan atau pidato yang bertujuan unutuk mencapai efek yang lebih mendalam dan
penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut suatu jawaban.
Contoh:
Soal ujian tidak sesuai dengan bahan pelajaran. Herankah kita jika nilai
pelajaran Bahasa Indonesia pada EBTANAS tahun 1985 ini sangat merosot??
(i) Paralelisme
Paralelisme adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam
pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam
bentuk gramatikal yang sama.
Contoh:
Baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama secara
hukum.
Bukan saja korupsi itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas di Negara
Pancasila ini.
(j) Elipsis
Elipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan penanggalan atau
penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis
yang lengkap.
Contoh:
Mereka ke Jakarta minggu lalu. (penghilangan predikat: pergi, berangkat).
Pulangnya membawa banyak barang berharga serta perabot rumah tangga.
(penghilangan subjek: mereka, dia, saya, kami, dan lain-lain).
(k) Gradasi
Gradasi adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian atau urutan paling
sedikit tiga kata atau istilah yang secara sintaksis mempunyai satu atau
beberapa ciri semantik secara umum dan yang di antaranya paling sedikit satu
ciri diulang-ulang dengan perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif.
Contoh:
“Kita malah bermegah juga alam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa
kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji,
dan tahan uji menimbulkan harapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan.
(l) Asindeton
Asindeton adalah gaya bahasa yang berupa acuan di mana beberapa kata, frase,
atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung.
Contoh:
Ayah, ibu, anak, merupakan inti suatu keluarga.
Hasil utama Tanah Karo adalah jeruk, nenas, kentang, kol, tomat, bawang, sayur
putih, jagung, padi.
(m) Polisindeton
Polisindeton adalah gaya bahasa (yang merupakan kebalikan dari asindeton) yang
berupa acuan di mana beberapa kata, frase, atau klausa yang berurutan
dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.
Contoh:
Istri saya menanam nangka dan jambu dan cengkeh dan pepaya di pekarangan rumah
kami.
Polisi menangkap Pak Ogah beserta istrinya beserta anak-anaknya beserta
pembantunya dan membawanya ke penjara.
4. Gaya Bahasa Perulangan
(a) Aliterasi
Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan konsonan
yang sama.
Contoh:
Dara damba daku
datang dari danau
Duga dua duka
diam di diriku
Kalau ‘kanda kala kacau
biar bibir biduan bicara
(b) Asonansi
Asonansi adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan bunyi
vokal yang sama.
Contoh:
Muka muda mudah muram
tiada singa tiada biasa
jaga harga tahan harga
Kura-kura dalam perahu
sudah gaharu cendana pula
Pura-pura tidak tahu
Sudah tahu bertanya pula
(c) Antanaklasis
Antanaklasis adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan kata
yang sama bunyi dengan makna yang berbeda.
Contoh:
Buah bajunya terlepas membuat buah dadanya hampir-hampir kelihatan.
Saya selalu membawa buah tangan buat buah hati saya, kalau saya pulang dari
luar kota.
(d) Kiasmus
Kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan
inversi antara dua kata dalam satu kalimat.
Contoh:
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin justru merasa dirinya
kaya.
Sudah lazim dalam hidup ini bahwa orang pintar mengaku bodoh, tetapi orang
bodoh merasa dirinya pintar.
(e) Epizeukis
Epizeukis adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan langsung
atas kata yang dipentingkan beberapa kali berturut-turut.
Contoh:
Ingat, kamu harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat, agar dosa-dosamu
diampuni oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Anak-anakku semua, kalian memang harus rajin belajar, ya rajin belajar, agar
kalian lulus dalam ujian.
(f) Tautotes
Tautotes adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan atas sebuah kata
dalam sebuah konstruksi.
Contoh:
Kakanda mencintai adinda, adinda mencintai kakanda, kakanda dan adinda saling
mencintai, adinda dan kakanda menjadi satu.
Aku menuduh kamu, kamu menuduh aku, aku dan kamu saling menuduh, kamu dan aku
berseteru.
(g) Anafora
Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada
setiap baris atau setiap kalimat.
Contoh:
Lupakah engkau bahwa mereka yang membesarkan dan mengasuhmu? Lupakah engkau
bahwa keluarga itulah yang menyekolahkanmu sampai ke Perguruan Tinggi? Lupakah
engkau bahwa mereka pula yang mengawinkanmu dengan istrimu? Lupakah engkau akan
segala budi baik mereka kepadamu?
(h) Epistrofa
Epistrofa adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata atau
frase pada akhir baris atau kalimat berurutan.
Contoh:
Kehidupan dalam keluarga adalah sandiwara
Cintamu padaku pada prinsipnya hanyalah sandiwara
Seminar lokakarya, simposium adalah sandiwara
Proses belajar mengajar di dalam kelas adalah sandiwara
Pendeknya hidup kita ini adalah sandiwara
(i) Simploke
Simploke adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan pada awal
dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Contoh:
Kau katakan aku wanita pelacur. Aku katakan biarlah kau katakan aku wanita
mesum. Aku katakan biarlah. Kau katakan aku sampah masyarakat. Aku katakan
biarlah kau katakan aku penuh dosa. Aku katakan biarlah.
(j) Mesodilopsis
Mesodilopsis adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan kata
atau frase di tengah baris atau beberapa kalimat beruntun.
Contoh:
Para pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa
Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat
Para petani harus meningkatkan hasil sawah ladang
Para pengusaha harus meningkatkan hasil usahanya
(k) Epanalepsis
Epanalepsis adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata
pertama menjadi terakhir dalam klausa atau kalimat.
Contoh:
Saya akan tetap berusaha mencapai cita-cita saya.
Kami sama sekali tidak melupakan amanat nenek kami.
(l) Anadiplosis
Anadiplosis adalah sejenis gaya bahasa repetisi di mana kata atau frase
terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi frase pertama dari klausa atau
kalimat berikutnya.
Contoh:
dalam raga ada darah
dalam darah ada tenaga
dalam tenaga ada daya
dalam daya ada segala
Menurut Pradopo (2010:62-78) bahasa kiasan terbagi atas:
1. Perbandingan
2. Metafora
3. Perumpamaan Epos
4. Allegori
5.Personifikasi
6. Metonimia
7. Sinekdoki
Daftar Referensi
1. Chaer, Abdul. 2007.
Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Chaer, Abdul. 2009
. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
3. Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Kamus Besar Bahasa indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
4. Faizah,Hasnah. 2010.
Linguistik Umum. Pekanbaru: Cendikia Insani
5.
Kridalaksana,
Harimurti. 2009. Kamus Linguistik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
6. Pateda,
Masnur.1986. Semantik Leksikal.
Ende-Flores: Nusa Indah.
7. Pradopo, Rachmat Djoko. 2010.
Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
8. Tarigan, Henry
Guntur.2009.Pengajaran Gaya Bahasa.
Bandung: Angkasa.
9. Wasrie, Kusnadi. 2012. Intisari
Lengkap Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Indonesia Tera.
10. Peraturan menteri pendidikan nasional. 2011. Buku Pintar EYD, Ejaan yang disempurnakan. Yogyakarta: Cabe Rawit